Batu akik merupakan salah satu warisan para lelulur yang harus dilestarikan. Agaknya hal ini yang yang ingin dilakukan oleh Pemerintah Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), yang rencananya akan menggelar pameran batu akik dalam rangkaian acara "Festival Mentaram" pada 6-8 Agustus mendatang.
Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Mataram H Abdul Latif Nadjib pameran batu akik dalam "Festival Mentaram" direncanakan juga akan digabung dengan pameran hasil kerajian emas, perak dan mutiara warga di Kota Mataram.
"Emas, perak dan mutiara ini merupakan salah satu produk unggulan Kota Mataram yang juga harus dipromosikan agar 'booming' batu akik bisa menular ke mutiara sebagai hasil produk lokal," ujarnya.
Dalam 'Festival Mentaram" ini beberapa negara sahabat akan ikut dilibatkan dengan menampilkan berbagai kearifan seni yang tumbuh dan berkembang secara tradisional pada masing-masing negara. Misalnya, seni bela diri 'capoeira' dari Brasil dan seni lainnya," katanya.
Propinsi Nusa tenggara barat memang terkenal kaya akan potensi batu mulia. Sebelumnya tim ekspedisi geologi Dinas Pertambangan Kabupaten Bima, NTB berhasil melakukan pendataan dan menemukan setidaknya ada lebih dari 30 jenis batuan.
Berbagai jenis batuan yang telah ditemukan antara lain batu gamping, oker, bijih besi, andesit, kuarsa kristalin, perlit pancawarna, urat marmer, basilisied wood dan masih banyak lagi. Batu-batu ini ditemukan di berbagai tempat. Ada yang ditemukan di gunung, sungai, tebing bahkan di lahan milik warga.
Jenis batuan yang paling banyak ditemukan di Kabupaten Bima adalah batu gamping dan marmer. Dari berbagai jenis batu tersebut, beberapa di antaranya dapat dimanfaatkan sebagai batu akik. Batu-batu itu memiliki berbagai macam warna yang menarik seperti putih kristal, hijau lumut, merah darah, hitam kristal, kuning dan cokelat.
Hingga saat ini tim ekspedisi terus melakukan pendataan, direncanakan ekspedisi ini akan berakhir pada Juni mendatang